Get Paid To Promote, Get Paid To Popup, Get Paid Display Banner -->

Monday, November 1, 2010

Sultan: Kalau Ikhlas, Jangan Pasang Bendera

Bendera-bendera berkibar di pengungsian, entah dari parpol, instansi, maupun organisasi. 

Merapi masih berstatus Awas. Warga yang tinggal di lereng Merapi terpaksa harus tinggal di barak-barak pengungsian untuk menghindari malapetaka.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X bersyukur banyak pihak yang membantu dan peduli pada nasib para pengungsi.

Namun ada satu hal yang mengganjal di hati Raja Jogja ini: soal bendera.

Ia mengritik bendera-bendera yang berkibar di pengungsian, entah dari parpol, instansi, maupun organisasi.

"Kalau membantu yang ikhlas, tapi jangan memasang bendera," kata Sultan di posko utama penanggulangan bencana Merapi di Pakem, Senin 1 November 2010.

Ditambahkan Sultan, jangan sampai banyak bendera yang berkibaran. "Kalau bisa hanya mengibarkan bendera merah-putih. Saya harap kalau bukan bendera merah putih, jangan dipasang."

"Silakan setinggi-tingginya memasang bendera merah putih," tambah dia.

Pasca letusan tadi pagi, Sultan langsung merapat ke posko untuk melakukan koordinasi.

Kepada warga lereng Merapi di pengungsian, Sultan meminta mereka agar tak panik.

"Pengungsian yang ada di Sleman 10 kilometer dari puncak Merapi dan dijamin aman," kata Sultan.

Ditambahkan dia, warga jangan sampai terpengaruh informasi dari pihak luar selain Satkorlak. Sebab, ada beberapa orang yang menggunakan kesempatan di tengah kepanikan warga.

Sultan juga mengingatkan, sebelum status awas dicabut, warga dilarang meninggalkan pengungsian.

"Selama tinggal di pengungsian biaya akan ditanggung pemerintah," tambah dia.

Untuk membiayai para pengungsi, dijelaskan Sultan, Pemda Sleman berhak mencoret APBD yang belum dialokasikan untuk kondisi darurat.

"Entah itu Rp10 miliar atau Rp100 miliar terserah. Hanya harus sepengetahuan BPKP untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan," tutur Sultan.

Ketidakpastian kapan mereka kembali ke rumah membayangi para pengungsi. Apalagi, sudah empat kali Merapi meletus.

Letusan pertama terjadi pada 26 Oktober lalu, Merapi memuntahkan awan panas dan abu. Letusan Merapi merenggut 39 orang tewas termasuk juru kunci Merapi, Mbah Maridjan, dan wartawan VIVAnews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho. Yuniawan tewas saat mencoba menjemput sang penjaga Merapi.

Sementara, letusan kedua terjadi pada Sabtu 30 Oktober 2010 Merapi meletus. Letusan itu terbilang dahsyat -- tinggi asap sampai 3,5 kilometer dan menyebabkan hujan abu sampai radius 20 kilometer.

Letusan ketiga terjadi pada Minggu 31 Oktober. Dan yang keempat terjadi hari ini.

sumber:http://vivanews.com

No comments:

Post a Comment